Tanjungpinang, (MK) – Koordinator Masyarakat Peduli PLN, Andi Cori Fatahuddin menyampaikan, untuk jumlah korban pemukulan atas bentrokan dengan anggota kepolisian saat pembubaran paksa pada aksi unjuk rasa di Kantor PLN kemarin masih didata.
“Untuk jumlah mahasiswa yang menjadi korban ada sebanyak delapan orang yang mengalami di bagian kepala, tubuh dan sebagian sudah divisum,” ujar Cori, Kamis (21/5).
Selain mahasiswa, kata Cori, beberapa anggota masyarakat juga ada yang mengalami luka saat dipukul mundur anggota kepolisian.
“Bahkan ada seorang pendemo yang masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjungpinang. Kami bukan ingin meminta pertanggungjawaban dari pihak kepolisian, tetapi mengingatkan mereka,” ucapnya.
Karena, kata dia, perjuangan untuk menjadikan Tanjungpinang terang – benderang ini merupakan kepentingan masyarakat, pemerintah, termasuk mereka yang listrik di kantornya setiap hari padam.
“Kami bersama Masyarakat Peduli PLN masih mempertimbangkan apakah permasalahan itu ditindaklanjuti secara hukum atau tidak,” katanya.
Keputusan itu juga, tambahnya, tergantung kesepakatan bersama, karena ribuan orang massa yang menggelar demonstrasi di Kantor PLN pada Selasa selama dua hari itu terdiri dari berbagai organisasi. “Itu masih dibahas,” katanya.
Cori bersama koordinator lapangan dari berbagai organisasi kemasyarakatan dan pemuda juga mengevaluasi permasalahan yang terjadi selama berlangsungnya aksi. Salah satunya terkait aksi pelemparan batu, yang sampai sekarang belum diketahui identitasnya.
“Dalam aksi, tiba – tiba dari belakang banyak batu dilempar. Situasi menjadi panas dan tak terkendali,” paparnya.
Selain itu, Masyarakat Peduli PLN juga melakukan konsolidasi internal. Hal itu dilakukan untuk menyatukan persepsi. “Harus kompak, karena tujuan sama. Kita ingin Tanjungpinang terbebas dari krisis listrik,” imbuhnya. (MK)