Tanjungpinang, (MK) – Kepala Seksi (Kasi) Pertanian Dinas Kelautan Perikanan Pertanian Kehutanan dan Energi (KPPKE) Kota Tanjungpinang, Kristina menyampaikan, pihaknya menyiapkan 300 unit kerangka hidroponik untuk menanam sayuran jenis bayam dan sawi. Hal itu, untuk mengatasi bahan makanan tanaman pangan di Tanjungpinang.
Tanjungpinang dulunya dikenal bukan sebagai daerah penghasil komoditi sayur, kini mulai merintis menjadi daerah produksi melalui pola hidroponik untuk menghasilkan komoditi sayuran.
“Ada 300 unit kerangka hidroponik yang kami siapkan untuk menanam sayuran jenis bayam dan sawi dan akan diberikan kepada 18 kelurahan yang ada di Tanjungpinang,” ujar Kristina, Selasa (30/6).
Ia memilih sistem hidroponik untuk menghasilkan komoditi sayur mayur tersebut, berdasarkan kondisi lahan dan tingkat efisiensi suatu aktivitas pertanian.
“Sistem hidroponik ini bisa diterapkan di halaman rumah dan di lahan yang tidak harus luas agar lebih mudah,” ucapnya.
Sementara itu, kata dia, meski masih berstatus calon penerima dan calon lokasi (CPLC), namun dinas terkait akan kembali melakukan penyeleksian guna menghindari terjadinya penerima ganda.
Sistem hidroponik yang masuk dalam kategori uji coba tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan menambah jenis sayuran tiap tahapannya. Termasuk merencanakan penanaman cabe merah yang saat ini merajai harga komoditi pangan disejumlah pedagang tradisional di Kota Tanjungpinang.
“Untuk saat ini, kami sudah memanfaatkan lahan Bukit Manuk untuk aktivitas pertanian dari mulai menanam jagung yang setelah panen nanti, akan diganti dengan menanam beragam jenis cabai, termasuk cabai merah,” katanya.
Selain itu, sambung dia, KPPKE Kota Tanjungpinang juga sudah mengembangkan sekolah lapang pertanian yang beranggotakan 30 petani sayur binaan sejak April 2015 dengan ilmu yang diperoleh dari Yogyakarta.
“Selain bisa menanam dengan baik, 30 petani binaan ini juga mampu membuat pupuk,” ujarnya.
Terpisah Kabid Pertanian KPPKE Kota Tanjungpinang, Hamerudin menambahkan, kebun buah di lahan Bukit Manuk diselingi dengan edukasi pertanian, sehingga perolehan ilmu pertanian di Yogyakarta bisa dipraktikkan di lahan tersebut. Hasilnya, aktivitas pertanian di Bukit Manuk sudah sering melakukan panen jagung.
“Ada sekitar 6 kali panen jagung yang telah dilakukan dan rencana kami akan memanfaatkan lahan bekas jagung tersebut untuk menanam cabai merah,” ucapnya. (AFRIZAL)